WANITA CERDAS UNTUK GENERASI CERDAS



WANITA CERDAS UNTUK GENERASI CERDAS
Oleh Siti Fitri Mardiah
Era globalisasi yang semakin maju ini, setiap individu dituntut untuk memiliki skill yang berkualitas. Perkembangan Iptek semakin pesat yang setiap hari dikejar-kejar oleh semua orang. Posisi demi posisi di hampir setiap profesi tak lagi pandang perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu kualitas sumber daya manusia harus diasah sedini mungkin agar mampu mengahadapi tantangan arus modernisasi zaman. Namun hingga kini masih ada kesenjangan perbedaan gender yang menjadi pembatas bagi perempuan untuk berkreatifitas. Bukan lagi terpaku pada sebuah aturan, tapi cara pandang masing-masing individu yang masih menganggap perempuan kurang layak untuk ikut andil di dunia luar, atau juga terkadang kesadaran seorang perempuan itu sendiri masih lemah untuk menjadi perempuan cerdas yang produktif dan mandiri sehingga kebanyakan mereka enggan untuk menempuh pendidikan yang tinggi. Eksistensi perempuan yang di pandang lemah kini menjadi sorotan. Khususnya angka kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang terbilang masih sangat rendah dan yang menjadi objek kelemahannya mayoritas adalah kaum perempuan.   
Sebuah data menunjukan sekitar 5 juta penduduk Indonesia masih buta huruf, dan yang menyedihkan, sebagian besar mereka adalah perempuan (lifestyle.liputan6.com). keadaan ini tentu sangat memprihatinkan betapa rendahnya pendidikan bagi perempuan. Terkadang bukan karena kenginan mereka untuk tidak berpendidikan tinggi, tapi pemikiran-pemikiran primitif orang tuanya yang sangat tidak mendukung karena mereka beranggapan bahwa menjadi seorang perempuan tidak perlu tinggi-tinggi bersekolah, ujungnya perempuan hanya ditempatkan di kasur, di dapur dan di sumur sebagai istilah untuk melayani suami, mengurus anak,  memasak dan mencuci. Dilihat dari sudut pandang seperti itu, nampaknya perempuan terkurung hanya bekerja di ruang lingkup rumah saja dan seringkali diremehkan peranannya seperti yang tak memiliki nilai guna. Karena rendahnya pendidikan kaum perempuan, banyak diantara mereka yang dibodohi sampai menjadi korban perdagangan perempuan dan marak terjadinya kekerasan seksual, mutilasi atau bahkan korban KDRT.
Dulu, pada zaman jahiliyah anak-anak perempuan di kubur hidup-hidup lantaran menganggap bahwa anak perempuan yang lahir adalah sebuah aib dan mendatangkan nasib yang buruk. Padahal  ketika anak perempuan tumbuh dewasa, ia memiliki akal dan dengan akalnya ia bisa jadi wanita hebat yang sangat dibutuhkan orang-orang disekelilingnya. Atau kita juga bisa melihat bagaimana kondisi kaum hawa ini pada masa penjajahan. Skill dan profesionalitas perempuan begitu di kekang, tak ada kebebasan bagi perempuan untuk berekspresi menunjukan potensinya. Namun Kartini akhirnya mampu membuktikan bahwa perempuan mampu berekspresi, perempuan harus berpendidikan karena itu adalah hak yang harus didapatkan rakyat tanpa membeda-bedakan status gender. Dengan keberanian dan kecerdasan Kartini menciptakan emansipasi wanita seperti bukunya yang terkenal “Habis gelap terbitlah terang”. Emansipasi dalam hal ini merupakan  bentuk pemberian hak sepenuhnya kepada wanita untuk mengembangkan diri dan kemahiran profesional agar bisa bergandeng bahu bersama laki-laki dalam pembangunan negara. Dengan demikian wanita juga bisa melakukan pekerjaan wanita sebagaimana mestinya dan sekaligus melakukan pekerjaan pria tanpa harus melepas kodratnya.
Lantas sekarang, apakah perempuan masih dalam kondisi keterbelakangan? Era dulu dan sekarang itu berbeda, zaman kian hari kian berubah. Peringatan hari kartini 21 April, hari ibu tanggal 22 Desember  dan hari wanita internasional tanggal 8 Maret menjadi momen-momen istimewa untuk perempuan. Bahkan dalam ayat al-qur’an pun perempuan punya surat cinta yang begitu spesial dari Allah SWT yaitu surat An-Nisa. itu menunjukan bahwa derajat perempuan yang dianggap lemah justru begitu diangkat
Ada banyak tantangan yang harus dilakukan para perempuan untuk bisa memberikan kontribusi baik untuk keluarga, agama dan negara. Ia  harus mampu menyesuaikan diri dalam peranannya sebagai istri, ibu dan anggota masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila seorang perempuan hanya diam saja, primitif dan pasrah dengan kodratnya yang lemah, bagaimana mungkin bisa dikatakan sebagai pilar sebuah negara. Padahal eksistensi dan kontribusi seorang perempuan sangatlah dibutuhkan oleh suatu negeri. 
Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa, “Perempuan adalah tiang negara, apabila perempuannya baik, maka baiklah negara itu, tapi bila perempuannya buruk, maka buruk pulalah negara itu.” Hadits tersebut menggambarkan betapa peran perempuan sangat penting, bahkan dalam kehidupan bernegara (cerdasmedia.wordpress.com). Perempuan dijadikan tolok ukur baik buruknya suatu negara. Kata-kata bung Karno pun berpatokan pada hadits tersebut mengenai betapa besar pengaruh yang bisa diberikan oleh seorang perempuan terhadap negara Indonesia.
Sebagai bagian dari warga negara, wanita turut serta dalam memajukan berbagai sektor kehidupan sesuai ranah keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya. Kemudian sebagai seorang ibu rumah tangga, perempuan harus mampu mengatur segala kebutuhan keluarga dengan baik.  Sebuah keluarga dimungkinkan tidak dapat mencukupi kepentingan serta kebutuhan keluarganya apabila tidak memiliki manajemen dan pengaturan keuangan yang baik dalam menggunakan penghasilan yang didapat. Contohnya jika seorang istri pejabat tidak cerdas, hobinya hanya shopping dan mengejar kesenangan dan kemewahan, otomatis ia tidak bisa mengontrol kondisi keuangan suaminya baik saat pasang ataupun surut. Lambat laun kebiasaan istri yang boros menuntut suami  harus tetap memiliki keuangan yang cukup, ketika suami yang berkedudukan sebagai pejabat tersebut merasa tertekan dengan keinginan sang istri, bisa jadi menyebabkan ia gelap mata untuk melakukan korupsi. Bayangkan apa dampaknya  jika mayoritas istri pejabat seperti itu. Tentunya berakibat pada kerugian dan kehancuran negara. Lain halnya dengan wanita yang cerdas, mampu menjadi istri dan ibu yang baik dalam sebuah rumah tangga. Wanita cerdas meluruskan suaminya ketika berada di koridor yang salah.
Di sisi lain, kodrat sebagai ibu telah menuntunnya untuk mendidik dan  mengasuh  anak-anak sebagai upaya membentuk generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter.
Ada pepatah mengatakan bahwa pendidikan anak bukan dimulai sejak usia dini tapi dimulai ketika memilih istri. Ya, memang pada hakikatnya anak yang cerdas terbentuk karena didikan dari orang tua yang cerdas pula dan peran yang paling dominan dalam mendidik anak adalah seorang ibu meskipun kecerdasan juga bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan nutrisi yang baik. Banyak penelitian mengungkap, anak cerdas dilahirkan dari ibu yang cerdas. Seorang wanita ialah ‘Al-Madrasatul Ula’ (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Oleh karena itu pembentuk karakter utama seorang anak bergantung pada cerdas atau tidaknya seorang ibu. Maka para perempuan sebagai kandidat ibu harus punya wawasan yang luas dan pendidikan karena pendidikan wanita menjadi modal utama untuk mendidik anak-anak dan menjadikan mereka sebagai generasi muda yang cerdas dan berkarakter. Di balik laki-laki hebat ada perempuan cerdas, dan di balik anak cerdas ada ibu yang cerdas.

Komentar

  1. Thanks infonya menarik banget. Oiya ngomongin wanita, tau ga sih temen-teman kalo ada kesalahan besar yang sering dilakukan kaum hawa saat mengelola keuangannya? Dan itu wajib banget dihindari! Cek di sini ya: Kesalahan terbesar wanita dalam mengelola uang

    BalasHapus

Posting Komentar